Mars Himpaudi
Hymne Himpaudi
lagu perjuangan
Mars Himpaudi
Hymne Himpaudi
lagu perjuangan
kegiatan kirab gunungan lima terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan permulaan,
pengembangan, dan penyimpulan. Pada tahapan permulaan, guru menggali
pengetahuan dan pengalaman anak tentang kirab gunungan lima. Kemudian guru
dan anak melakukan diskusi merumuskan ide dan menyiapkan perlengkapan yang
akan digunakan untuk kegiatan kirab gunungan lima. Pada tahapan
pengembangan, guru memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi
dan menggali kreativitasnya dalam menyusun gunungan lima. Selajutnya guru
mengajak anak untuk melakukan kirab gunungan lima tersebut. Pada tahapan
terakhir adalah tahapan penyimpulan guru mengajak anak untuk berdiskusi
menceritakan pengalaman serta pengetahuan yang diperolehnya serta melakukan
refleksi, sehingga dapat menjadi acuan untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan
kirab gunungan lima kedepannya. Guru juga memberikan pesan moral kepada
anak bahwa pentingnya menjaga serta melestarikan budaya.
Kegiatan tradisi kirab gunungan lima sangat efektif untuk
diimplementasikan, karena dapat menstimulasi anak mencintai budaya lokal
daerahnya sebagai sarana mewujudkan profil pelajar Pancasila dan dapat
mendukung adanya program SERENADA (Sekolah Religius Nasionalis dan
Berbudaya) yang sudah menjadi program dari Dinas Pendidikan Kota Blitar.
Oleh : Rido Wahyono, M.Pd
Mengapa diperlukan stimulus intelektual dan kreatifitas anak usia dini ? dan mengapa dengan cara membaca Al qur’an ? menjawab pertanyaan tersebut dapat ditinjau dari dua hal. Pertama ,berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan kedua,berkaitan dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Kedua hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut.
Secara alamiah perkembangan dan pertumbuhan anak itu berbeda-beda peerkembangan menyangkut daya nalar intelektualitas kognitif sedang pertumbuhan berhubungan dengan fisik jasadiahnya.dalam tali simpul perkembangan dan pertumbuhan anak keduanya adalah sayap untuk masa depanya,baik dalam intelegensi, bakat,minat,kreatifitas, kematangan emosi,kepribadian,keadaan jasmani dan keadaan sosialnya.
Bakat (aptitude) dapat dirumuskan sebagai potensi kemampuan yang dibawa sejak lahir (Semiawan 2002) .Banyak factor yang mempengaruhi perkembangan bakat ini dan banyak pula yang dapat dilakukan oleh lingkungan dalam rangka menstimulus intektual dan kreatifitas anak usia dini.mengutip ahli bakat,menurut pendapat Semiawan (2002) ,bila kita melatih anak dengan berbagai factor tersebut sejak masa awal anak melalui berbagai kiat praktis maupun pembelajaran yang bersifat Formal Dan informal,maka kita mendidik anak menjadi berbakat.
Ekspresi tertinggi keberbakatan adalah kreatifitasnya baik proses awal yang terpikirkan sampai pada bentuk kekhususan ketika wujud nyata dalam karya yang uniq, khas special berbeda secara keumuman. Perspektif orang berbakat bertolak dari asumsi bahwa secara genetis kelompok ini telah dianugerahi bakat luar biasa membawa titipan ilahiah. Oleh karena itu,diharapkan sumbangan kemampuan,pikiran dan tenaga yang jauh lebih besar dari orang lain bagi kebaikan dan kepentingan hidup manusia ( sebaik –baik Manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi Manusia).Lingkungan berkewajiban mengapresiasi dari biji uniqnya hingga memekarkannya. Oleh karena itu, anak berbakat memerlukan program pendidikan ataupun pelatihan khusus sejak dini yang disertai pengembangan intelektual dan kreatifitas anak usia dini.Berbagai pengembangan menunjuk apa yang disebut pembelajaran plus serta berkelanjutan hingga sampai titik maksimal yang diharapkan .Hal ini dilandasi oleh pendapat bahwa pada waktu manusia lahir intelegensi yang bersumber dari otak baik belahan kiri maupun kanan,secara potensial strukturnya telah ditentukan dan memiliki 100 sampai 200 miliar neuron sel otak. Neuron tersebut siap mengelola beberapa triliun informasi. Namun, bagaimana cara otak itu berfungsi sangat ditentukan oleh cara lingkungan memperlakukan individu anak. Rangsangan atau stimulus yang terencana mengakomodasi seluruh potensinya secara holistik integratif memperkuat fondasi dasar bagi keberlangsungan hidup dan tahap tahap perkembangan dan pertembuhan anak.
Kemubaziran dan menguapnya potensi yang ada pada manusia berbakat disebabkan tidak tepatnya perlakuan dan abai akan tumbuh kembangnya berarti sumbangan terbesar potensi yang mungkin terjadi secara sempurna baik ,tenaga, dan pikiran mereka yang mungkin akan membawa berbagai pembaharuan dalam bidang ilmu pengetahuan ataupun perubahan kearah perbaikan berbagai kehidupan masyarakat pada umumnya,tidak akan pernah terealisasikan bila kebutuhannya tidak terpenuhi. Bila terjadi loss Potensial ,berarti peningkatan kesejahteraan secara umum kehilangan peluang dan momentum penting dalam sejarah peradapan kemanusiaan. Bukan saja bagi bangsanya mereka anak berbakat (gifted) sendiri mungkin akan menderita, bahkan akan timbul ekses- ekses yang kurang sehat dari ketidakterwujudnya potensi yang dimiliki
Semakin pesat dan sulit dibendung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari setiap detik yang ada. maka pada kurun mendatang persaingan sumber daya insani semakin kompetitif. Asumsi yang sering dilontarkan bahwa hanya negara yang memiliki keunggulan teknologi,inovatif dan ketangguhan memahami perkembangan kebutuhan manusia di zamannya yang akan tetap mampu bertahan dalam persaingan global . Bagi Negara berkembang (lebih tepatnya tertinggal ) yang tidak mengoptimalkan sumber daya insaninya jelas ia akan menjadi sasaran terencana agar tetap menjadi negara bidikan konsumsi teknologi Negara-negara yang maju.
MENGAPA DENGAN ALQURAN
Konsep pendidikan unggul atau tambah sangat terkait dengan teori belahan otak manusia atau yang disebut hemisphere specialization.Otak adalah anugerah Allah tertinggi ia merupakan organ tubuh yang paling penting bagi kelangsungan hidup semisal CPU bagi komputer yang ada pada manusia,sebab otak adalah bagian susunan saraf pusat yang berfungsi mengatur dan mengontrol aktivitas manusia baik fisik maupun mental. Teori neuroscience membahas bahwa otak manusia terbagi menjadi dua belahan ,yaitu otak kanan dan otak kiri yang memiliki fungsi berbeda ( Clark,B 1986). Belahan otak kiri mempunyai fungsi linier ,logis,konvergen dan teratur sedangkan belahan otak kanan mempunyai fungsi imajinatif divergen kreatif asosiatif majmuk holistic. Pembelajaran atau stimulus yang baik apabila mengembangkan kedua belahan otak berjalan secara seimbang dan harmonis serta berkelanjutan sampai puncak maksimal fungsi keberadaanya. Al qur’an kitab suci umat Islam memiliki cara membaca yang berbeda dari segi keumuman yakni kanan kekiri.Hal ini secara otomatis melatih otak kanan yang Divergen visual simultan aktif secara seimbang.Kaidah membaca Al Qur”an yang benar atau mashur dengan istilah ilmu tajwid mengharuskan membuat suara ritme atau nada baca dengan struktur panjang, pendek,dengung pantul tekan dan jelas ( mad,ghunah,kolkolah,idhar) yang berarti melibatkan semua aspek saraf dalam stimulus terbaik, pada fasenya sehingga memperkuat membran keterhubungan menguat dan paten .kecerahan berbinar bersambung yang menghubungkan sinap-sinap neuron. Semakin sering dilatih secara intens efek yang terjadi semakin kuat tersambung sehingga beberapa penelitian para penghapal Al qur’an memiliki kecenderungan harmonis (seimbang) kemampuan aktifisasi belahan otak kanan dan kiri.(Wisudawan UIN Maulana malik Ibrahim 2010 sebanyak 3 orang dari jurusan berbeda dengan predikat suma cumlaude semua penghafal Qur an)
Mengapa diperlukan membaca, dan mengapa harus Al qur’an ? Membaca selain memperluas cakrawala seseorang juga memungkinkanya mengenal dan mengerti orientasi hidup diri sendiri.Namun ,tidak kalah penting dari itu adalah bacaan dapat memperkaya pengalaman sehingga mengembangkan kreatifitas serta mengenal dan memahami diri sendiri dan orang lain dengan demikian dapat mengembangkan pribadinya. Al quran secara informatif memuat tiga kondisi dalam katagori waktu lampau sekarang dan akan datang ( Past, Present, Future) tentang seluk beluk kemanusian, alam semesta dan Tuhan. Bila aktifitas membaca (tadarus) Al quran dengan makna dilakukaan sesuai kaidah yang berlaku terhadap fungsinya sebagai kitab suci . Penggunaan sistem yang komplek dari proses dan tahapan yang benar dalam membacanya sebenarnya sangat menentukan itelegensi maupun kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seorang manusia. Maka mengawali sejak awal usia janin untuk di interaksikan dengan Quran (bahkan dalam fase kehamilan pembacaan surat tertentu begitu dikenal dalam tradisi keluarga Muslim) mulai dari mendengarkan baik diri sendiri atau bantuan alat seperti box murotal , menyimak dan menirukan bacaan Al Quran bertolak dari simbul- simbul huruf untuk menuju pemahan makna dan arti sehingga bukan saja keuntungan duniawiyah belaka tapi pahala akherat juga didapat . keseimbangan fungsi kerja otak kanan dan kiri tergapai bahkan lebih jauh lagi membaca Alquran adalah bagian ibadah yang pahalanya besar dan dianjurkan dalam agama Islam.
Semakin dini seseorang anak dikenalkan atau dirangsang untuk gemar membaca Al qur’an (sesuai dengan tahapan usia dan metode yang tepat) maka semakin Cinta akan tumbuh,bersemi dan membuahkan. Ia belajar membaca Alquran tentu semakin baik bacaanya ia membaca, dan yang berhubung dengan bacaanya ,mendengar atau menyimaknya maka makin baiklah harapanya. Beberapa alasan mengapa anak-anak harus belajar membaca ketika usia mereka masih sangat muda tokoh psykologi memberikan alasan rasional (Glenn Doman 1987)
Aktivitas tak kenal lelah seseorang anak usia dini rentang antara 3 sampai 6 tahun ternyata di akibatkan oleh kehausan akan pengetahuan atau lebih populer dengan istilah curoucity. .Jika diberi kesempatan untuk memuaskan dahaga rasa ingin tahunya mereka, tentu lebih mudah baginya untuk belajar mengenal dunia alam pikiran,imajinasi sekitarnya. Dimana dia bergerak mengekplorasi tentang alam fisik kasat mata yang terinderai dan misteri dirinya sendiri.Kemampuan menyerap informasi pada tahap puncaknya saat- saat usia awal ini dan tidak akan pernah terulanglagi atau istilah yang mashur use or loss . Anak – anak yang belajar membaca ketika usianya sangat muda cenderung lebih cepat dan penuh pemahaman dibandingkan dengan anak-anak lain. Ini disebabkan karena membaca sebagai salah satu hal yang menarik diantara begitu banyak hal-hal yang menarik lainya yang harus dipelajari. Mereka tidak memikirkan detilnya tapi langsung secara keseluruhan dengan menggunakan perasaan. Apalagi Alqur’an memiliki kekhasan yang mampu menstimulasi seluruh aspek indera .Penglihataan dengan keunikan huruf beserta perangkat yang membunyikan hingga terbentuk muncul suara .cara membaca dari kanan ke kiiri yang tak lazim dan nada yang beragam dan yang jelas agama memberikan penekakan bahwa sebaik baik diantara kalian adalah yang belajar al Quran dan mengajarkanya dengan demikian adakah stimulus komperhensif yang lebih baik dari stimulus ini ? Iman lah jawabannya ,sekali lagi membacanya adalah ibadah. jika memang demikian adanya mengapa tidak dilakukan lebih awal dan mengapa ragu.